Istilah mungil yang menggemaskan. Kenangan. Terbagi menjadi dua, indah untuk diingat dan sesal untuk di-"mengapa dulu tidak...."-in. Terwujud dalam memori yang sangat abstrak yang terletak di hati. Mengapa selalu terlintas di pikiran? Bisa jadi karena kita melihat suatu hal yang berhubungan dengan sebuah kenangan tersebut. HUJAN. Cara langit berbicara pada bumi. Tetesan-tetesan air yang membasahi setiap jengkal tanah seakan ikut merasakan. Perasaan yang sedang kalut oleh kesedihan, kesendirian, dan kesepian. Hujan melakukan tugasnya mengamini setiap perasaan yang diwakilinya. Hujan juga akan menumbuhkan suatu hal baru pada setiap pekerjaannya. Yang datang setelah hujan, biasanya, PELANGI. Tujuh warna yang melengkung indah di langit. Namun, terkadang pelangi sangat dibenci. Kenapa? Karena pelangi takpernah mau tinggal lebih lama.
Cari Blog Ini
Selasa, 26 November 2013
Senin, 18 November 2013
Sebut saja : ini permulaan tentang sebuah makna
Tak banyak yang saya pahami tentang sebuah makna. Makna mengalir begitu saja di atas logika. Akan ada banyak hal yang mempengaruhi proses pemaknaan tersebut. Pengalaman, menjadi faktor nomor wahid yang akan menjadi pilihan utama dalam otak memproses pencarian arti sebuah makna. Orang bijak pernah berkata, "Pengalaman adalah guru terbaik". Mari kita telaah lebih lanjut berdasarkan apa yang terjadi pada diri kita sendiri. Suatu ketika kita pasti pernah menjumpai sesuatu yang kita sebut "firasat". Ada banyak hal yang akan kita hubung-hubungkan untuk memaknai firasat tersebut hingga mencapai sebuah kesimpulan yang menyangkut-pautkan dengan kejadian yang telah terjadi. Misalkan saja, kita tidak sengaja memecahkan gelas atau piring, menanak nasi yang kemudian hasilnya lembek, atau peristiwa-peristiwa lain yang berikutnya dihubungkan dengan peristwa setelah firasat itu terjadi. Firasat adalah cara alam berbicara. Seperti manusia yang berbicara, terkadang ada benarnya, ada juga yang kebenarannya agak dipertanyakan. Sebuah firasat yang menjelma kenyataan, bisa jadi karena mindset kita yang sudah terpaku pada hal-hal yang menjadi sugesti kita membenarkan kebenaran firasat itu. Sehingga kita secara tidak sengaja malah melakukan sesuatu yang membawa kita pada suatu kejadian yang seolah-olah sudah dapat kita ketahui melalui sebuah feeling tadi. Ini semua kembali pada masing-masing orang. Apakah ingin membenarkan firasat tersebut, atau kita bersikap acuh tak acuh pada firasat tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)